Mengobati Diri dari Sempit Hati Part 1

virus hati


SEMOGA Allah SWT senantiasa memberikan kepada kita hati yang lapang, yang jernih, karena ternyata berat sekali menghadapi hidup dengan hati yang sempit.
Hati yang lapang dapat diibaratkan sebuah lapangan yang luas membentang, walaupun ada anjing, ada ular, ada kalajengking, dan ada aneka binatang buas lainnya, pastilah lapangan akan tetap luas. Aneka binatang buas yang ada malah makin nampak kecil dibandingkan dengan luasnya lapangan. Sebaliknya, hati yang sempit dapat diibaratkan ketika kita berada di sebuah kamar mandi yang sempit, baru berdua dengan tikus saja, pasti jadi masalah. Belum lagi jika dimasukkan anjing, singa, atau harimau yang sedang lapar, pastilah akan lebih bermasalah lagi.
Entah mengapa kita sering terjebak dalam pikiran yang membuat hari-hari kita menjadi hari-hari yang tidak nyaman, yang membuat pikiran kita menjadi keruh, penuh rencana-rencana buruk. Waktu demi waktu yang dilalui sering kali diwarnai kondisi hati yang mendidih, bergolak, penuh ketidaksukaan, terkadang kebencian, bahkan lagi dendam kesumat. Capek rasanya. Menjelang tidur, otak berpikir keras menyusun rencana bagaimana memuntahkan kebencian dan kedendaman yang ada di lubuk hatinya agar habis tandas terpuaskan kepada yang dibencinya. Hari-harinya adalah hari uring-uringan makan tak enak, tidur tak nyenyak dikarenakan seluruh konsentrasi dan energinya difokuskan untuk memuaskan rasa bencinya ini.
Ah, sahabat. Sungguh alangkah menderitanya orang-orang yang disiksa oleh kesempitan hati. Dia akan mudah sekali tersinggung, dan kalau sudah tersinggung seakan-akan tidak termaafkan, kecuali sudah terpuaskan dengan melihat orang yang menyinggungnya menderita, sengsara, atau tidak berdaya.
Seringkali kita dengar orang-orang yang dililit derita akibat rasa bencinya. Padahal ternyata yang dicontohkan para rosul, para nabi, para ulama yang ikhlas, orang-orang yang berjiwa besar, bukanlah mencontohkan mendendam, membenci atau busuk hati. Yang dicontohkan mereka justru pribadi-pribadi yang berdiri kokoh bagai tembok, tegar, sama sekali tidak terpancing oleh caci maki, cemooh, benci, dendam, dan perilaku-perilaku rendah lainnya. Sungguh, pribadinya bagai pohon yang akarnya menghunjam ke dalam tanah, begitu kokoh dan kuat, hingga diterpa badai dan diterjang topan sekalipun, tetap mantap tak bergeming.
Tapi orang-orang yang lemah, hanya dengan perkara-perkara remeh sekalipun, sudah panik, amarah membara, dan dendam kesumat. Walaupun non muslim, kita bisa mengambil pelajaran dari Abraham Lincoln (mantan Presiden Amerika). Dia bila memilih pejabat tidak pernah memusingkan kalau pejabat yang dipilihnya itu suka atau tidak pada dirinya, yang dia pikirkan adalah apakah pejabat itu bisa melaksanakan tugas dengan baik atau tidak. Beberapa orang kawan dan lawan politiknya tentu saja memanfaatkan moment ini untuk menghina, mencela, dan bahkan menjatuhkannya, tapi ia terus tidak bergeming bahkan berkata dengan arifnya,
“Kita ini adalah anak-anak dari keadaan, walau kita berbuat kebaikan bagaimanapun juga, tetap saja akan ada orang yang mencela dan menghina. Karena pencelaan, penghinaan bukan selamanya karena kita ini tercela atau terhina. Pastilah dalam kehidupan ini ada saja manusia yang suka menghina dan mencela”.
Jadi, ia tidak pusing dengan hinaan dan celaan orang lain. Nabi Muhammad SAW, manusia yang sempurna, tetap saja pernah dihina, dicela, dan dilecehkan. Bagaimana mungkin model kita ini, tidak ada yang menghina? Padahal kita ini hina betulan.
Ingatlah bahwa hidup kita di dunia ini hanya satu kali, sebentar dan belum tentu panjang umur, amat rugi jikalau kita tidak bisa menjaga suasana hati ini. Camkanlah bahwa kekayaan yang paling mahal dalam mengarungi kehidupan ini adalah suasana hati kita ini. Walaupun rumah kita sempit, tapi kalau hati kita ‘plooong’ lapang akan terasa luas. Walaupun tubuh kita sakit, tapi kalau hati kita ceria, sehat, akan terasa enak. Walaupun badan kita lemes, tapi kalau hati kita tegar, akan terasa mantap. Walaupun mobil kita merek murahan, motor kita modelnya sederhana, tapi kalau hati kita indah, akan tetap terhormat. Walaupun kulit kita kehitam-hitaman, tapi kalau batinnya jelita, akan tetap mulia. Sebaliknya, apa artinya rumah yang lapang kalau hatinya sempit?[]
BERSAMBUNG
Sumber: IslamPos
E-Book Kumpulan Tausiyah Aa Gym

0 komentar:

Sebagai Anak, Jagalah Etika-etika Ini Terhadap Orang Tua

ORANG tua merupakan sosok yang paling berharga bagi kita. Keduanya sangat berpengaruh dalam hidup kita. Tanpa kasih sayang dan kesabaran mereka dalam mendidik dan membesarkan kita tentu kita tak akan mungkin mampu bertahan hidup di dunia. Allah SWT telah meletakkan rasa cinta kasih-Nya melalui mereka, hingga mereka mau berusaha menjaga dan merawat kita hingga dewasa. Lalu, apa yang telah kita berikan kepada mereka sebagai wujud terima kasih?
Tentunya sebagai anak kita harus taat dan patuh terhadap perintah kedua orang tua. Kita harus berusaha untuk membahagiakan mereka dengan membuatnya bangga kepada kita. Selain itu, kita harus menjaga etika-etika berikut ini terhadap mereka:
1. Taat kepada kedua orang tua dalam semua perintah dan larangan keduanya, selama di dalamnya tidak terdapat kemaksiatan kepada Allah dan pelanggaran terhadap perintah-Nya, karena manusia tidak berkewajiban taat kepada manusia sesamanya dalam bermaksiat kepada Allah. Berdasarkan dalil-dalil berikut:
Firman Allah Ta’ala, “Dan jika keduanya memaksamu menyekutukan Aku sesuatu yang tidak ada pengetahuanmu tentang itu, maka janganlah kamu mengikuti keduanya, dan pergaulih keduanya dengan baik di dunia,” (Luqman: 15).
Sabda Rasulullah SAW, “Sesungguhnya ketaatan itu hanya ada pada kebaikan,” (Muttafaq alaih).
Sabda Rasulullah SAW, “Tidak ada kewajiban ketaatan bagi manusia dalam bermaksiat kepada Allah.”
2. Hormat dan menghargai kepada keduanya, merendahkan suara dan memuliakan keduanya dengan perkataan dan perbuatan yang baik, tidak menghardik dan tidak mengangkat suara di atas keduanya, tidak berjalan di depan keduanya, tidak mendahulukan istri dan anak atas keduanya, tidak memanggil keduanya dengan namanya namun memanggil keduanya dengan panggilan, “Ayah, ibu,” dan tidak bepergian kecuali dengan izin dan kerelaan keduanya.

4. Menyambung hubungan kekerabatan di mana ia tidak mempunyai hubungan kekerabatan kecuali dari jalur kedua orang tuanya, mendoakan dan memintakan ampunan untuk keduanya, melaksanakan janji (wasiat), dan memuliakan teman-teman keduanya. []
3. Berbakti kepada keduanya dengan apa saja yang mampu ia kerjakan dan sesuai dengan kemampuannya, seperti memberi makan -pakaian kepada keduanya, mengobati penyakit keduanya, menghilangkan madzarat keduanya, dan mengalah untuk kebaikan keduanya.
Referensi: Ensiklopedi Muslim Minhajul Muslim/Karya: Abu Bakr Jabir Al-Jazairi/Penerbit: Darul Falah

0 komentar:

Inilah Beberapa Sejarah Indonesia yang Sengaja Dipalsukan Oleh Yahudi. Baca dan Sebarkan!


Sejak di Sekolah Dasar nilai-nilai dan pengetahuan tentang sejarah negeri ini mulai di ajarkan, dan berlanjut hingga Sekolah Menengah Atas. Namun setelah masuk di perguruan tinggi sebagian orang mulai berfikir mengenai sejarah asli Indonesia ini.

Mungkin anda tidak menyangka kalau sejarah Indonesia ternyata menjadi salah satu korban konspirasi Yahudi ? Tapi inilah kenyataannya, banyak fakta-fakta tentang Indonesia yang mereka (kolonial Belanda/VOC) gelapkan demi misi mereka mengkristenisasikan Indonesia. Tidak hanya lika-liku Islam di Indonesia, tetapi juga biodata tokoh pejuang yang mereka rahasiakan.

Dalam kesempatan ini, saya ingin membeberkan kebenaran yang sebenarnya tentang Indonesia, simak berikut ini :

Versi palsu :

1. Islam masuk ke Nusantara baru pada abad ke-13 Masehi yang dibawa para pedagang dari Gujarat, India.

2.Snouck Hurgonje merupakan peneliti Islam Belanda yang masuk Islam dan belajar di Mekkah, serta mengubah namanya dengan Abdul Ghaffar.

3. Kerajaan pertama di Nusantara adalah kerajaan Hindu Tarumanegara yang berdiri pada abad ke-4 Masehi di Jawa Barat.

4. Kerajaan-kerajaan Islam di Nusantara merupakan kerajaan-kerajaan kecil yang tidak mempunyai pengaruh.

5. Invasi penjajah Portugis, Spanyol dan Belanda tidak ada kaitannya dengan misi Salib. Penyebaran agama Kristen dilakukan dengan damai dan penuh cinta kasih.

6. Kerajaan Aceh Darussalam tidaklah besar dan kekuasaannya tidak mencapai atau tidak sampai seluas melebihi wilayah Asia tenggara.

7. Maluku dan Ambon merupakan wilayah kristen.

8. Fatahillah adalah orang pertama yang mengislamkan Jakarta.

9. Nama asli Pattimura adalah Thomas Matullesy, lahir di Saparua dan beragama Kristen.

10. Si Simangaraja XII merupakan Raja Batak yang beragam Palbegu, agama leluhur orang batak.

FAKTANYA :

1. Islam masuk ke Nusantara pada abad ke-7 M, dibawa oleh para pedagang Arab, langsung dari Mekkah. Ada bukti yang sangat mendukung, salah satunya banyak temuan arkeolog yang menyebutkan di tahun 674 M telah berdiri satu kampung Islam di pesisir Barat Sumatera Utara yang bernama Barus. Bahkan salah satu raja Sriwijaya Budha yang bernama Sri Indrawarman yang masuk Islam.

2. Snouck Hurgonje tidak pernah masuk Islam. Dia hanya berpura-pura sebagai Muslim. Saat meninggal, ia dikubur dengan prosesi Kristen.

3. Kerajaan Nusantara pertama adalah kerajaan Salakanagara yang berdiri di pesisir Utara Jawa Barat pada abad ke-1 M.

4. Kerajaan Islam di Nusantara merupakan kerajaan-kerajaan besar, bahkan kekuasaanya lebih besar dari imperium kerajaan Hindu. Salah satunya adalah kerajaan Aceh Darussalam yang kekuasaannya hampir mencapai Turki. Kerajaan ini menyatukan diri dengan kerajaan Turki Utsmaniyah, buktinya bisa dilihat pada bendera Aceh tempo dulu yang tidak jauh dari bendera Turki Utsmaniyah.

5. Invasi penjajah Portugis, Spanyol dan Belanda tidak lepas dengan penyebaran misi salib. Dilakukan dengan jalan kekerasan, pembantaian, pemaksaan dll. Hal ini diakui oleh banyak sejarawan barat.

6. Kerjaan Aceh Darussalam sangat mendunia. Willfred Cantwell Smith dalam bukunya Islam in Modern History menyebutkan kalau Aceh merupakan 1 dari 5 kerajaan Islam yang merupakan tonggak Muslim saat itu.

7. Maluku merupakan wilayah Islam, daerah ini sudah di datangi pedagang Arab dua setengah abad lebih dulu dari katolik. Nama Maluku berasal dari bahasa Arab ‘Al-Mulk’ yang memiliki arti ‘Tanah Para Raja.

8. Orang pertama yang mendakwahkan Islam di Jakarta adalah Syekh Quro, yang dibantu oleh ulama lain seperi Datuk Ibrahim.

9. Pattimura merupakan marga Muslim, dengan nama asli Ahmad Lussy, lahir di Bacan. Merupakan bangsawan dari kerajaan Islam Saluhau.

10. Si Simangaraja XII merupakan Islam tulen. Cap kerajaan dan benderanya sangat lengket dengan ornamen-ornamen Islam.

Sumber : Suratkabar.co

0 komentar:

Akhlaq Dalam Pandangan Islam

 
Assalamu'alaikum Wr. Wb

Dalam kamus besar bahasa indonesia kata akhlak diartikan sebagai budi pekerti, sikap. Sebenarnya kata akhlak berasal dari bahasa Arab, diartikan ke dalam bahasa Indonesia bisa berarti perangai, tabiat.
Akhlaq adalah sifat yang tertanam dalam jiwa yang mendorongnya untuk melakukan perbuatan tanpa memerlukan pemikiran dan pertimbangan.
Akhlaq dalam islam dibagi menjadi dua yaitu akhlaq vertikal dan horizontal. Mari kita bahas satu persatu.
Akhlaq Vertikal

1.    Akhlaq Kepada Allah
·         Takwa
Takwa itu artinya ta'at,patuh,takut,hati-hati, atau yang lebih jelas lagi takwa adalah menjalani segala perintahnya dan menjauhi segala larangannya
jadi sikap kita terhadap allah wajib ta'at akan apa yang allah telah perintahkannya.
Allah berfirman dalam surat Al-imran ayat 133-135:
"Dan bersegeralah kamu kepada ampunan dari tuhanmu dan kepada surga yang luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan untuk orang-orang yang bertakwa (Q.S al-imran:133)"

"(yaitu) orang-orang yang menafkahkan (hartanya), baik di waktu lapang maupun sempit, dan orang-orang yang menahan amarahnya dan memaafkan (kesalahan) orang. Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan (Q.S al-imran:134)"

"Dan (juga) orang-orang yang apabila mengerjakan perbuatan keji atau menganiaya diri sendiri, mereka ingat akan allah, lalu memohon ampun terhadap dosa-dosa mereka dan siapa lagi yang dapat mengampuni dosa selain daripada allah? dan mereka tidak meneruskan perbuatan kejinya itu sedang mereka mengetahui (Q.S al-imran:135)".
Dalam surat yang lain juga Allah telah berfirman :
Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul (Nya), dan ulil amri di antara kamu. Kemudian jika kamu berlainan pendapat tentang sesuatu, maka kembalikanlah ia kepada Allah (Al Quran) dan Rasul (sunnahnya), jika kamu benar-benar beriman kepada Allah dan hari kemudian. Yang demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya
·         Tawakal
Tawaqal artinya berserah diri kepada allah. Allah berfirman dalam surat al-anfal ayat 2:
"Sesungguhya orang-orang yang beriman ialah mereka yang bila disebut nama allah gemetarlah hati mereka, dan apabila di bacakan ayat-ayatnya bertambahlah iman mereka (karenanya), dan hanya kepada tuhanlah mereka bertaqwa(Q.S al-anfal:2)"
·         Tadzoru (Rendah Hati)
Rendah hati adalah suatu sikap yang wajib dimiliki oleh seorang mukmi sejati.
·         Istianah (Sabar)
Sabar adalah suatu hal yang paling di sukai oleh Allah. Seorang mukmin sejati wajib memiliki sifat sabar
Allah SWT berfirman :
Hai orang-orang yang beriman, jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolongmu, sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar.” (Q.S Al Baqarah : 153)
Di dalam Ayat tadi sudah jelas, bahwa ketika kita sedang mengalami permasalahan, hadapi lah permasalahan itu dengan rasa sabar. Tetapi sabar itu bukan berarti kita hanya diam saja tidak melakukan apapun. Sabar itu jika menghadapi permasalah itu jangan tergesa-gesa. Dan Allah itu bersama dengan orang-orang yang sabar.
·         Istito’ah (Siap Siaga)
Arti dari Istito’ah (Siap Siaga) itu ketika kita telah di perintahkan oleh Allah untuk ibadah, kita harus siap untuk melaksanakan perintahnya, bukan malah melalaikannya.
Allah SWT Berfirman :
Maka kecelakaanlah bagi orang-orang yang shalat, (yaitu) orang-orang yang lalai dari shalatnya.”(Q.S Al Ma’un : 4-5)
·         Mahabah (Rasa Cinta)
Mahabah (Rasa Cinta) yang harus di miliki oleh seorang mukmin terhadap Allah SWT itu harus melebihi dari apapun. Hal ini berkaitan dengan takwa.
2.    Akhlaq  Kepada Rasul
·         Taat
Maksud dari taat kepada Rasul adalah, kita harus terus memperjuangkan Risalah Islam yang di bawa olehnya demi menegakkan Agama yang di Ridhoi oleh Allah, yaitu Islam. Tetapi taat terhadap Rasul berbeda dengan kita taat terhadap Allah. Tetap saja Allah harus yang pertama di taati. Tetapi ketika kita taat kepada Rasululloah SAW, sudah pasti juga kita telah taat kepada Allah.
Allah SWT berfirman : beriman kepada Allah dan hari kemudian. Yang demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya.”(Q.S An Nisa : 59)
·         Shalawat
Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul (Nya), dan ulil amri di antara kamu. Kemudian jika kamu berlainan pendapat tentang sesuatu, maka kembalikanlah ia kepada Allah (Al Quran) dan Rasul (sunnahnya), jika kamu benar-benar
Allah SWT berfirman :
Sesungguhnya Allah dan malaikat-malaikat-Nya bershalawat untuk Nabi. Hai orang-orang yang beriman, bershalawatlah kamu untuk Nabi dan ucapkanlah salam penghormatan kepadanya”.
·         Itiba’ (Mengikuti)
Itiba’ berarti mengikuti, mengikuti semua langkah-langkah yang di lakukan oleh Rasulullah SAW dalam menegakkan Islam. Hanya bukan berarti kita harus memakai gamis dan berjenggot, tetapi kita harus mempertahankan dan memperjuangkan Risalah Islam yang telah di bawakan oleh nabi sehingga sampai kepada kita, yaitu meneruskan ajaran yang ada dalam Al Qur’an dan Al Hadits.
·         Mahabah
Sama dengan Akhlaq kita kepada Allah, sebagai seorang mukmin yang sejati kita juga harus memiliki rasa cinta kepada Rasulullah SAW. dengan cara seperti sikap-sikap di atas (Taat, Shalawat, Itiba’).
3.    Akhlaq Kepada Ulil Amri (Pemimpin)
·         Taat
Sama juga seperti Akhlaq kita terhadap Allah dan Rasul. Ketika kita hendak berusaha untuk berakhlaq mulia terhadap Ulil Amri/Pemimpin, kita harus taat terlebih dahulu.
Allah SWT berfirman :
Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul (Nya), dan ulil amri di antara kamu. Kemudian jika kamu berlainan pendapat tentang sesuatu, maka kembalikanlah ia kepada Allah (Al Quran) dan Rasul (sunnahnya), jika kamu benar-benar beriman kepada Allah dan hari kemudian. Yang demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya.”(Q.S An Nisa : 59).
Ketika kita sudah taat kepada pemimpin/ ulil amri, berarti kita telah taat kepada Allah dan Rasul. Tetapi yang membedakannya, Taat kepada Allah itu Mutlak sedangkan taat kepada Ulil Amri itu bersyarat, yaitu syaratnya pemimpin/Ulil Amri harus taat kepada Allah dan Rasul-Nya.
·         Walijah
·         Membela
·         Mahabah
Sama dengan Akhlaq kita kepada Allah dan Rasul-Nya, sebagai seorang mukmin yang sejati kita juga harus memiliki rasa cinta kepada Ulil Amri.

Akhlaq Horizontal

1.    Kepada Diri Sendiri
Maksud daru Akhlaq kepada diri sendirii yaitu, sebelum kita berperiaku baik kepada orang lain, berperilaku baik lah terlebih dahulu kepada diri sendiri dengan cara beribadah dan hal-hal yang bisa menyelamatkan diri di dunia maupun di akhirat.
2.    Kepada Keluarga
Tentunya bila kita berada di sebuah keluarga haruslah bersikap yang baik terhadap semua saudara maupun orang tua kita. Dan salah satu cara akhlaq yang baik kepada keluarga yaitu seperti menuruti apa yang diinginkan oleh orang tua maupun saudara dalam hal yang positif. Sebagai contoh mengaji, shalat, jika orang tua meyuruh sesuatu laksanakan dengan niat karena Allah.
3.    Kepada Masyarakat

0 komentar:

Menghindari Dosa Istri Terhadap Suami

Di era globalisasi ini tidak sedikit muslimah kita yang terpengaruh budaya barat yang di sebarkan melalui berbagai media yang mereka kuasai di dalamnya dikesankan wanita-wanita muslimah yang menjaa kehormatan dan kesuciannya dengan tinggal di rumah adalah wanita-wanita pengangguran dan terbelakang. Menutup aurat dengan jilbab atau
Learn more »

0 komentar:

Pengerian Al-Qur'an

1. 

ASSLAMU'ALAIKUM WR WB


Al-Qur'an adalah pedoman hidup yang mengatur setiap langkah hidup manusia. Al-Qur'an bukan hanya sekedar mengatur hubungan antara manusia dengan Allah SWT, tetapi juga mengatur hubungan manusia dengan manusia serta dengan lingkungannya. Itulah sebabnya, Al-Qur'an menjadi sumber hukum yang pertama dan utama bagi umat Islam. Jadi, tidak ada aturan/hukum yang patut kita ta’ati selain hukum allah. Allah SWT berfirman :
“Dan hendaklah kamu memutuskan perkara di antara mereka menurut apa yang diturunkan allah, dan janganlah kamu mengikuti hawa nafsu mereka. Dan berhati-hatilah kamu terhadap mereka, supaya mereka tidak memalingkan kamu dari sebagian apa yang telah diturunkan allah kepadamu. Jika mereka berpaling (dari hukum yang telah diturunkan allah),  maka ketahuilah bahwa sesungguhnya allah menghendaki akan menimpakan musibah kepada mereka di sebabkan sebahagian dosa-dosa mereka. Dan sesungguhnya kebanyakan manusia adalah orang-orang yang fasik (Q.S Al-maidah : 49)”.

Dalam surat tadi sudah jelas, setiap perkara yang terjadi harus menurut dengan hukum allah(Al-Qur’an). Dan janganlah kita mengikuti hawa nafsu mereka. Maksud dari ayat itu adalah ketika ada hukum lain yang tegak di bumi allah ini atau negara kita ini, janganlah kita ta’ati, sesungguhnya itu hanya akan mencelakakan umat manusia dan dan memalingkan kita dari jalan yang benar.


Allah SWT berfirman :
“Apakah hukum jahilliyah yang mereka kehendaki, dan (hukum) siapakah yang lebih baik daripada (hukum) allah bagi orang-orang yang yakin (Q.S Al-Maidah : 50)”.
Dalam ayat itu sudah jelas, bahwa allah bertanya pada suatu golongan, apa hukum yang mereka pakai ? Apakah hukum jahilliah (atau hukum yang di buat oleh manusia) yang mereka pakai ? Manakah yang lebih baik, hukum allah atau hukum yang di buat manusia ? Coba kita renungkan sejenak apakah negara kita memakai aturan/hukum (Al-Qur’an) yang telah allah perintahkan ?
Dan jika kalian berpendapat, ya sudahlah kalau begitu pakai saja dua-dua nya. Itu sungguh keputusan yang salah. Jika kita memakai dua-duanya berarti kita telah menyampurkan antara hak dan bathil.

Allah SWT berfirman :
“Dan janganlah kamu campur adukkan antara hak dengan yang bathil dan janganlah kamu sembunyikan yang hak itu, sedang kamu mengetahuinya (Q.S Al-Baqoroh : 42)”.
Dan janganlah kamu menyembunyikan yang hak itu sedangkan kamu mengtahuinya, kita lihat negara indonesia, Banyak sekali orang-orang pintar yang menjabat sebagai pemerintah, contohnya MUI (Majelis Ulama Indonesia). Itu kumpulan orang-orang yang ilmu nya tinggi, loh tapi kenapa mereka tidak berupaya untuk menegakkan hukum allah, sedangkan mereka itu ilmunya tinggi dan otomatis mereka tahu yang hak. Sedangkan dosa yang paling besar itu orang yang tahu tapi dia tidak mengpalikasikan yang dia tahu.


WASSLAMU'ALAIKUM WR WB

0 komentar:

Pengertian Hadits


ASSALAMU'ALAIKUM WR WB

Secara bahasa (etimologi) hadits berasal dari bahasa Arab yang artinya baru, tidak lama, secara syari’at (terminologi) adalah segala tingkah laku nabi Muhammad SAW. baik berupa ucapan (qauliyah) perbuatan (fi’liyah) maupun ketetapan (taqririyah).

Ada banyak ulama periwayat hadits, namun yang sering dijadikanreferensi hadits-haditsnya ada tujuh ulama, yakni Imam Bukhari, Imam Muslim, Imam Abu Daud, Imam Turmudzi, Imam Ahmad, Imam Nasa'i, dan Imam Ibnu Majah.

Simak oleh anda ayat al qur’an dan hadits beriku ini:
".....dan apa yang di berikan rosul kepadamu maka terimalah, dan apa yang dilarangnya bagimu tinggalkanlah. Dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah amat keras hukumannya." (Q.S al hasyr 7)

"Aku meninggalkan dua perkara untukmu sekalian, kelian tidak akan sesat selama kalian berpegang kepada keduanya yaitu kitabulloh (al qur’an) dan sunnah rosululloh SAW." (al hadits).

Fungsi hadits:

  1. Memperkuat hukum hukum yang ditentukan oleh al qur’an sehingga kedua duanya menjadi sumber hukum.
  2. Menejalskan terhadap ayat ayat al qur’an yang masih bersifat umum
  3. Menetapkan hukum baru atau aturan aturan yang tidak terdapat dalam al qur’an
  4. Hukum yang mmerupakan produk hadits/sunnah yang tidak di tunjukan oleh al qur’an antara lain mencuci bejana yang di jilat anjing dengan mencucinya sebanyak  7 kali salah satunya dengan tanah.

Perbedaan alqur’an dan hadits



  1. Sekalipun al-Qur'an dan as-Sunnah / al-Hadits sama-sama sebagai sumber hukum Islam, namun diantara keduanya terdapat perbedaan-perbedaan yang cukup prinsipil. Perbedaan-perbedaan tersebut antara lain ialah :
  2. Al-Qur'an nilai kebenarannya adalah qath'I ( absolut ), sedangkan al-Hadits adalah zhanni ( kecuali hadits mutawatir ).
  3. Seluruh ayat al-Qur'an mesti dijadikan sebagai pedoman hidup. Tetapi tidak semua hadits mesti  kita jadikan sebagai pedoman hidup. Sebab disamping ada sunnah yang tasyri' ada juga sunnah yang ghairu tasyri . Disamping ada hadits yang shahih adapula hadits yang dha,if dan seterusnya.Al-Qur'an sudah pasti otentik lafazh dan maknanya sedangkan hadits tidak. . 
  4. Apabila Al-Qur'an berbicara tentang masalah-masalah aqidah atau hal-hal yang ghaib, maka setiap muslim wajib mengimaninya. Tetapi tidak harus demikian apabila masalah-masalah tersebut diungkapkan oleh hadits......
WASSALAMU'ALAIKUM WR WB

0 komentar:

Pengertian Ijtihad

ASSALAMU'ALAIKUM WR WB

Dalam postingan saya kali ini, saya akan membahas tentang apa itu ijtihad ?

Kata ijtihad berasal dari kata ijtahada yajtahidu ijtihadanyang berartu mengerahkan segala kemampuan untuk menanggung beban. Menurut bahasa, ijtihad artinya bersungguh-sungguh dalam mencurahkan pikiran. Sedangkan, menurut istilah,pengertian ijtihad adalah mencurahkan segenap tenaga dan pikiran secara bersungguh-sungguh untuk menetapkan suatu hukum. Oleh karena itu, tidak disebut ijtihad apabila tidak ada unsur kesulitan di dalam suatu pekerjaan. Secara terminologis, berijtihad berarti mencurahkan segenap kemampuan untuk mencari syariat melalui metode tertentu. Ijtihad dipandang sebagai sumber hukum Islam yang ketiga setelah Al-Quran dan hadis, serta turut memegang fungsi penting dalam penetapan hukum Islam. Telah banyak contoh hukum yang dirumuskan dari hasil ijtihad ini. Orang yang melakukan ijtihad disebut mujtahid.

Fungsi ijtihad adalah untuk mendapatkan solusi hukum jika ada suatu masalah yang harus  diterapkan hukumnya, tetapi tidak dijumpai dalam Al-Quran maupun hadis. Jadi, jika dilihat darifungsi ijtihad tersebut, maka ijtihad mendapatkan kedudukan dan legalitas dalam Islam. Meskipun demikian, ijtihad tidak bisa dilakukan oleh setiap orang, tetapi hanya orang yang memenuhi syarat yang boleh berijtihad. Orang yang berijtihad harus memiliki syarat sebagai berikut:
  • Memiliki pengetahuan yang luas dan mendalam,
  • Memiliki pemahaman mendalam tentang bahas Arab, ilmu tafsir, usul fiqh, dan tarikh (sejarah),
  • Mengenal cara meng-istinbat-kan (perumusan) hukum dan melakukan qiyas,
  • Memiliki akhlaqul qarimah.
Bentuk ijtihad dapat dikelompokkan menjadi tiga macam, yaitu sebagai berikut:
  • Ijma': Ijma' adalah kesepakatan para ulama mujtahid dalam memutuskan suatu perkara atau hukum. Ijma' dilakukan untuk merumuskan suatu hukum yang tidak disebutkan secara khusus dalam kitab Al-Quran dan sunnah.
  • Qiyas: Qiyas adalah mempersamakan hukum suatu masalah yang belum ada kedudukan hukumnya dengan masalah lama yang pernah karena ada alasan yang sama.
  • Maslahah Mursalah: Maslahah Mursalah adalah cara dalam menetapkan hukum yang berdasarkan atas pertimbangan kegunaan dan manfaatnya.
Contoh ijtihad adalah suatu peristiwa di zaman Khalifah Umar ibn Khattab, di mana para pedagang Muslim bertanya kepada Khalifah berapa besar cukai yang harus dikenakan kepada para pedagang asing yang berdagang di negara Khalifah. Jawaban dari pertanyaan ini belum dimuat secara terperinci dalam Al-Quran maupun hadis, maka Khalifa Umar ibn Khattab selanjutnya berijtihad dengan menetapkan bahwa cukai yang dibayarkan oleh pedagang adalah disamakan dengan taraf yang biasanya dikenakan kepada para pedagang Muslim oleh negara asing, di mana mereka berdagang.

Sekian dulu pembahasan kali ini, semoga bermanfaat, amiiiiin.

Terima Kasih atas kujunngannya.

WASSALAMU'ALAIKUM WR WB

0 komentar:

Mempertahankan Kejujuran Sebagi Cermin Kepribadian

Dalam bahasa Arab, kata jujur semakna dengan “as-sidqu” atau “siddiq” yang berarti benar, nyata, atau berkata benar. Jujur adalah sikap yang tulus dalam melaksanakan sesuatu yang di amanatkan, baik berupa harat maupun tanggung jawab.
Learn more »

0 komentar:

Pengertian Islam

  

ASSALAMU'ALAIKUM WR WB

Islam yang diwahyukan oleh Allah SWT kepada Nabi Muhammad SAW tentunya tidak boleh disamakan dengan pengertian perkataan agama menurut fahaman manusia pada umumnya, iaitu berupa ajaran yang menyatakan tentang hubungan antara manusia dengan kuasa ghaib. Ketidaksamaan pengertian ini kerana Islam sebagai ad-Deen yang merangkumi keseluruhan lapangan kehidupan manusia itu adalah terkandung di dalamnya aqidah, amalan dan hukum-hukum berhubungan dengan rohani dan jasmani. Fardiyyah dan jamaiyyah, agama dan politik dan segala urusan hidup di dunia dan akhirat adalah lebih luas dari pengertian agama sahaja.
Firman Allah SWT:
Maksudnya:
“Dan Kami turunkan kepadamu al-Quran untuk menerangkan segala-galanya dan petunjuk serta rahmat dan khabar gembira bagi orang-orang Muslimin.” An-Nahl: 89
Firman Allah SWT:
Maksudnya:
“Pada hari ini telah Aku sempurnakan untuk kamu agama kamu dan telah Aku cukupkan bagi kamu nik’mat-Ku dan telah Aku redha Islam itu menjadi Agama kamu.” Al-Maidah: 3
Rasulullah SAW memberi berbagai-bagai ta’arif tentang Islam menurut keadaan orang yang bertanya, iaitu dengan hanya menyebut beberapa juzu’ yang menjadi rukun tanpa menyebut secara keseluruhannya. Di dalam satu hadith, ketika menjawab pertanyaan Malaikat Jibrail AS tentang apa dia Islam, Rasulullah SAW telah bersabda yang bermaksud:
“Islam itu bahawa kamu menyaksikan tidak ada Tuhan yang sebenar melainkan Allah dan Nabi Muhammad itu Rasulullah, mendirikan sembahyang, menunaikan zakat, berpuasa di bulan Ramadhan dan mengerjakan haji jika berkuasa.” Riwayat Imam Muslim.
Sabda Rasulullah SAW lagi yang bermaksud:
“Dibinakan Islam itu di atas lima perkara. Bersyahadah bahawa tidak ada Tuhan yang sebenar melainkan Allah dan bahawa Nabi Muhammad itu Rasulullah , mendirikan sembahyang, menunaikan zakat, Haji ke Baitullahil Haram dan puasa Ramadhan.” Riwayat Bukhari dan Muslim
Ketika menjawab pertanyaan dari seorang yang bertanya apakah Islam? Rasulullah SAW telah bersabda yang bermaksud:
Rasulullah bersabda: “Lima sembahyang sehari semalam,”
Lalu dia bertanya: “Adakah wajib pada saya selain daripadanya?”
Rasulullah SAW bersabda: “Tidak melainkan yang sunat.” Lalu Rasulullah SAW menyebut: “Zakat.”
Dia bertanya lagi: “Adakah wajib kepada saya lain daripadanya?”
Rasulullah SAW bersabda: “Tidak, melainkan yang sunat.”
Lalu dia berpaling dan berkata: “Aku tidak menambah dan mengurangkan daripadanya.”
Rasulullah SAW bersabda: “Dia mencapai kemenangan kalau dia benar, atau dia masuk Syurga jika dia benar-benar begitu.”
Hadith tersebut hanyalah menyatakan tentang rukun rukun Islam dan bukannya menyatakan keseluruhan ajaran Islam kerana Islam yang terkandung di dalam al-Quran serta dijelaskan oleh Rasulullah SAW itu adalah lebih luas daripada apa yang disebut di dalam rukun-rukun Islam. Sesungguhnya disana masih ada lagi disebut tentang akhlaq, ekonomi, kemasyarakatan, rumahtangga, negara, perdamaian, peperangan, balasan baik dan jahat. Kalau sekiranya kita buka kitab-kitab Feqah pula, maka kita dapat melihat di dalamnya tentang hukum-hukum ibadat, mu’amalat, kehakiman, perundangan, jihad dan sebagainya. Begitu juga halnya dengan kitab-kitab hadith seperti Sahih Bukhari, Sahih Muslim yang bukan sahaja sekadar menyebut rukun-rukun Islam tetapi adalah menyebut lebih daripada itu.
Di sini saya kemukakan beberapa ta’arif Islam sebagaimana yang pernah dikemukakan oleh ulama’-ulama’ berdasarkan kepada al-Quran dan as-Sunnah. Di antaranya ialah:
1. Islam bererti tunduk dan menyerah diri kepada Allah SWT serta menta’ati-Nya yang lahir dari kesedaran dengan tidak dipaksa kerana ketundukan yang seperti itu tanpa perhitungan pahala dan dosa.
Firman Allah SWT:
Maksudnya:
“Apakah mereka mencari agama yang lain dari agama Allah padahal kepada-Nya menyerah diri segala apa yang ada di langit dan di bumi, baik dengan suka mahupun terpaksa dan kepada Allah mereka dikembalikan.” (Ali-Imran: 83)
Adapun ketundukan dengan penuh kesedaran adalah hakikat Islam dan dalam keadaan tundukyang seperti itu timbul pahala dan dosa. Sesungguhnya tanda bukti penuh ketundukan kepada Allah SWT ialah redha menerima agama-Nya yang diiringi pula dengan penuh kesedaran. Ini adalah lantaran Islam menurut pengertian ini adalah merupakan agama yang diredhai Allah, agama yang diwahyukan kepada Rasul-Rasul-Nya Alaihis solatu Wassalam untuk disampaikan kepada seluruh manusia.
Firman Allah SWT:
Maksudnya:
“Dan barangsiapa yang mencari selain daripada Islam, maka tidak akan diterima daripadanya dan dia akhirat nanti termasuk di kalangan orang-orang yang rugi.” (Ali-Imran: 85)
Firman Allah SWT:
Maksudnya:
“Dan barangsiapa yang menyerah dirinya (Islam) kepada Allah sedangkan dia sebagai orang yang berbuat demikian, maka sesungguhnya dia telah berpegang kepada simpulan tali yang kukuh dan hanya kepada Allah kesudahan segala urusan.” (Luqman: 22)
Firman Allah SWT:
Maksudnya:
“Dan Ibrahim telah mewasiatkan ucapan itu kepada anak-anaknya, demikian pula Ya’qub, Ibrahim berkata): ‘Wahai anak-anakku, sesungguhnya Allah telah memilih agama ini bagumu, maka janganlah kamu mati kecuali dalam memeluk  agama Islam.”
“Adakah kamu hadir ketika Ya’qub kedatangan (tanda-tanda mati), ketika dia berkata kepada anak-anaknya: “Apakah kamu sembah selepas aku meninggal? Mereka menjawab: “Kami akan menyembah Tuhanmu dan Tuhan nenek moyangmu Ibrahim, Ismail dan Ishaq, iaitu Tuhan yang Maha Esa dan kami hanya tunduk patuh kepada-Nya.” (al-Baqarah: 132-133)
Kemudian dikhususkan Islam itu dengan ad-Deen yang dibawa oleh Nabi Muhammad SAW dari Tuhannya dengan mengikut sepenuhnya tanpa qaid dan syarat. Maka dengan itu lahirlah ketundukan kepada Allah Rabbil Alamin secara khusyuk dan Ikhtiari. Jadi, berdasarkan kepada itu maka ta’arif Islam itu ialah:
Kepatuhan secara Ikhtiari kepada Allah SWT yang dilahirkan secara mengikut Syariat Allah SWT sebagaimana yang di wahyikan kepada Nabi Muhammad SAW dan diperintah supaya menyampaikannya kepada manusia.
2. Islam adala Nidzam (peraturan), perundangan yang lengkap bagi mengatur kehidupan manusia dan menjadi dasar akhlaq yang mulia yang dibawa oleh Nabi Muhammad SAW daripada Allah SWT, guna disampaikan kepada manusia serta menyatakan apa yang mengenai orang yang mengikuti dan menentang sama ada dosa dan pahala.
Firman Allah SWT:
Maksudnya:
“Dan barangsiapa yang mencari selain daripada Islam maka dia tidak akan diterima daripadanya dan diakhirat nanti dia termasuk di kalangan orang-orang yang rugi.” (Ali-Imran: 85)
3. Islam itu ialah kumpulan peratuan yang diturunkan oleh Allah SWT kepada Rasul-Nya, Nabi Muhammad SAW yang terkandung di dalamnya peraturan-peraturan yang berbentuk aqidah, akhlak, mu’amalat dan segala berita yang disebut di dalam al-Quran dan as-Sunnah adalah diperintah agar disampaikan kepada manusia.
Firman Allah SWT:
Maksudnya:
“Wahai Rasul! Sampaikanlah apa yang diturunkan kepadamu dari Tuhanmu dan jika tidak kamu kerjakan (apa yang diperintahkan itu), bererti kamu tidak menyampaikan risalah Allah dan Allah memelihara kamu dari (gangguan) manusia.” (al-Maidah: 67)
Maksud ‘apa yang diturunkan itu’ ialah al-Quran dan as-Sunnah yang terkandung di dalamnya segala hukum-hukum yang tersebut di atas. Itulah dia yang dikatakan Islam.
4. Islam ialah keseluruhan ad-Deen yang dibawa oleh Nabi Muhammad SAW yang terkandung di dalamnya perkara-perkara yang berhubungan dengan aqidah, amalan dan hukum yang disertai dengan kepatuhan secara dzahir dan batin dengan penuh keikhlasan.
Firman Allah SWT:
Maksudnya:
“Bahkan seiapa yang menyerah dirinya kepada Allah sedangkan dia berlaku baik, maka baginya ganjaran di sisi Tuhannya dan tidak ada takut bagi mereka  dan mereka tidak juga berdukacita.” (al-Baqarah: 112)
Firman Allah SWT:
Maksudnya:
“Padahal mereka tidak diperintah melainkan supaya mereka menyembah Allah dengan mengikhlaskan agama kerana-Nya (dengan menjauhi kesesatan) dan supaya mereka mendirikan sembahyang dan memberi zakat kerana yang demikian itulah agama yang lurus.” (al-Bayyinah: 5)
5. Islam dengan makna menyerah diri secara dzahirsahaja sekalipun dengan tidak ada Iman di dalam hati. Islam yang seperti ini tidak memberi apa-apa faedah kepada penganutnya.
Firman Allah SWT:
Maksudnya:
“Orang badwi berkata, “Kami telah beriman,” Katakanlah kepada mereka, “Kamu belum beriman,” tetapi katakanlah, “ Kami telah Islam, kerana Iman itu belum masuk ke dalam hati-hati mereka.” (al-Hujurat: 14)
Diriwayatkan dalam hadith Rasulullah SAW oleh Saad bin Abi Waqqas yang bermaksud:
Rasulullah SAW memberi kepada satu rombongan yang baru menganut Islam beberapa pemberian dengan Saad bin Abi Waqqas ada bersama-sama. Kemudian Rasulullah SAW meninggalkan seorang daripada mereka dengan tidak diberikan apa-apa pemberian. Saya (Saad) merasa kagum dengan lelaki itu. Lalu saya bertanyakan Rasulullah SAW: “Ya Rasulullah, mengapakah bersikap sedemikian terhadapnya? Maka demi Allah saya melihat dia beriman.”
Rasulullah SAW menjawab: “Adakah dia Islam?”
Kemudian Rasulullah SAW diam dan saya sendiri masih lagi mempunyai anggapan menurut apa yang saya tahu.
Lalu saya bertanya pula: “Ya Rasulullah, mengapakah bersikap sedemikian terhadapnya? Demi Allah saya melihat dia beriman.”
Rasulullah bersabda: “Adakah dia Islam?”
Kemudian Rasulullah SAW diam dan anggapan saya terhadap lelaki tersebut masih seperti dulu.
Lalu saya bertanya semua: “Bagaimanakah anggapan Rasulullah SAW terhadapnya? Demi Allah saya melihat dia beriman.”
Rasulullah SAW bersabda: “Apakah dia Islam? Sesungguhnya aku akan berikan kepada lelaki dan lain-lainnya. Lebih aku suka, kerana aku takut dihumbankan mukanya ke dalam neraka.
6. Islam merupakan jawapan yang tepat kepada tiga pertanyaan yang dikemukakan kepada setiap manusia sama ada dahulu ataupun sekarang, iaitu:
Dari mana dia datang?
Mengapakah dia dijadikan?
Kemanakah dia akan dikembalikan?
Jawapan kepada tiga pertanyaan tersebut ialah ‘Islam’ yang dibawa oleh Nabi Muhammad SAW.
Maksudnya:
“Orang badwi berkata, “Kami telah beriman,” Katakanlah kepada mereka, “Kamu belum beriman,” tetapi katakanlah, “ Kami telah Islam, kerana Iman itu belum masuk ke dalam hati-hati mereka.” (al-Hujurat: 14)
Diriwayatkan dalam hadith Rasulullah SAW oleh Saad bin Abi Waqqas yang bermaksud:
Rasulullah SAW memberi kepada satu rombongan yang baru menganut Islam beberapa pemberian dengan Saad bin Abi Waqqas ada bersama-sama. Kemudian Rasulullah SAW meninggalkan seorang daripada mereka dengan tidak diberikan apa-apa pemberian. Saya (Saad) merasa kagum dengan lelaki itu. Lalu saya bertanyakan Rasulullah SAW: “Ya Rasulullah, mengapakah bersikap sedemikian terhadapnya? Maka demi Allah saya melihat dia beriman.”
Rasulullah SAW menjawab: “Adakah dia Islam?”
Kemudian Rasulullah SAW diam dan saya sendiri masih lagi mempunyai anggapan menurut apa yang saya tahu.
Lalu saya bertanya pula: “Ya Rasulullah, mengapakah bersikap sedemikian terhadapnya? Demi Allah saya melihat dia beriman.”
Rasulullah bersabda: “Adakah dia Islam?”
Kemudian Rasulullah SAW diam dan anggapan saya terhadap lelaki tersebut masih seperti dulu.
Lalu saya bertanya semua: “Bagaimanakah anggapan Rasulullah SAW terhadapnya? Demi Allah saya melihat dia beriman.”
Rasulullah SAW bersabda: “Apakah dia Islam? Sesungguhnya aku akan berikan kepada lelaki dan lain-lainnya. Lebih aku suka, kerana aku takut dihumbankan mukanya ke dalam neraka.
6. Islam merupakan jawapan yang tepat kepada tiga pertanyaan yang dikemukakan kepada setiap manusia sama ada dahulu ataupun sekarang, iaitu:
Dari mana dia datang?
Mengapakah dia dijadikan?
Kemanakah dia akan dikembalikan?
Jawapan kepada tiga pertanyaan tersebut ialah ‘Islam’ yang dibawa oleh Nabi Muhammad SAW.
Pertanyaan yang pertama, iaitu ‘Dari mana dia datang?’ ada terkandung di dalam firman Allah SWT:
Maksudnya:
“Wahai manusia, jika kamu ragu tentang kebangkitan pada hari qiamat, maka (ketahuilah) sesungguhnya Kami telah menjadikan kamu dari tanah, kemudian dari setitik mani, kemudian dari seketul darah, kemudian dari segumpal daging yang sempurna kejadiannya dan tidak sempurna kejadiannya supaya Kami terangkan kepada kamu (kekuasaan Kami) dan Kami letakkan di tempat peranakan (di dalam rahim) apa yang Kami kehendaki hingga satu masa tertentu, kemudian (Kami pelihara) hingga kamu sampai tegap teguh, dan di antara kamu ada yang diwafatkan dan sebahagian dari kamu dikembalikan kepada usia yang paling lanjut supaya ia tidak tahu apa-apa lagi sesudah tahu. (Al-Hajj: 5)
Firman Allah SWT:
Maksudnya:
“Dan sesungguhnya Kami telah jadikan manusia dari air yang terasing dari tanah. Kemudian Kami jadikan dia setitik mani ditempat ketetapan yang terpelihara. Kemudian Kami jadikan mani itu seketul darah, lalu Kami jadikan darah itu segumpal daging. Kemudian daging itu Kami jadikan tulang, lalu tulang-tulang itu Kami liputi dengan daging. Kemudian Kami jadikan dia satu kejadian yang lain sifatnya. Maha Suci Allah sebagai pencipta. (Al-Mu’minuun: 12 – 14)
Firman Allah SWT:
Maksudnya:
Maka cubalah manusia itu melihat dari apa yang ia dijadikan. Dijadikan dia dari air yang terpancar yang keluar dari Sulbi laki-laki dan Thara’ib (tulang dada perempuan) (Ath-Thariq: 5 – 7)
Pertanyaan kedua, iaitu ‘Mengapa dia dijadikan?’ adalah terkandung di dalam firman Allah SWT:
Maksudnya:
“Dan Aku tidak jadikan Jin dan Manusia itu melainkan supaya mereka meng’abdikan diri kepadaKu.” (Adz-Dzaariaat: 56)
Di mana peng’abdian itu berlaku dengan ma’rifatullah (kenal Allah SWT), kasih kepada-Nya, tunduk, patuh dan mengikut kedudukan yang layak yang disediakan bagi mereka, agar mereka mencapai kebahagiaan sebenarnya di dunia dan akhirat.
Pertanyaan ketiga iaitu, ‘Kemanakah dia dikembalikan?’ adalah terkandung di dalam firman Allah SWT.

Maksudnya:
Wahai manusia, sesungguhnya kamu telah bekerja dengan bersungguh-sungguh menuju Tuhanmu, maka pasti kamu akan menemui-Nya. (Al-Insyqaaq: 6)
Firman Allah SWT.

Maksudnya:
“Allah mencipta manusia dari permulaan, kemudian mengembalikannya (menghidupkannya) kembali, kemudian kepada-Nyalah kamu dikembalikan.” (Ar-Ruum: 11)
Firman Allah SWT.

Maksudnya:
Kemudian kepada Tuhanmulah kembalimu, lalu Ia memberitakan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan. (Az-Zumar: 7)
Firman Allah SWT.

Maksudnya:
Dan bahawasanya hanya kepada Tuhanmulah kesudahan (segala sesuatu) (An-Najm: 42)
Firman Allah SWT.

Maksudnya:
Seungguhnya hanya kepada Tuhanmulah kembalimu. (Al-Alaq:8)
Ayat-ayat tersebut menyatakan kesudahan manusia. Iaitu manusia itu dikembalikan kepada Allah SWT untuk dibuat perhitungan dan balasan terhadap amalan mereka di dunia. Seterusnya ditentukan tempat yang sewajarnya bagi diri masing-masing. Sesiapa sahaja yang bersih juwanya dengan Iman dan ‘Amal Soleh’ telah dijanjikan syurga dan kepada sesiapa yang kotor jiwanya dengan kufur dan maksiat, maka balasannya ialah neraka.
7. Islam merupakan penghayatan yang sebenar bagi manusia, merupakan cahaya petunjuk dalam kehidupan, merupakanubat yang mujarab untuk mengatasi; memperbaiki masyarakat dan jalan yang sebenaryang tidak mungkin sesat kepada sesiapa yang melaluinya.
Firman Allah SWT.

Maksudnya:
“Dan demikianlah Kami wahyukan kepadamu wahyu (al-Quran) dengan perintah Kami. Sebelumnya kamu tidaklah mengetahui apakah al-kitab (al-Quran) dan tidak pula mengetahui apakah Iman itu, tetapi Kami jadikan al-Quran itu cahaya yang Kami tunjuki dengan dia sesiapa yang kami kehendaki di antara hamba-hamba Kami dan sesungguhnya Kami benar-benar memberi petunjuk kepada jalan yang lurus, iaitu jalan Allah yang kepunyaan-Nya segala apa yang ada di langit dan yang ada di bumi. Ingatlah bahawa kepada Allah kembali segala urusan. (Asy-Syuura: 52 – 53)
Firman Allah SWT.

Maksudnya:
Dan Kami turunkan dari al-Quran suatu yang menjadi penawar dan rahmat bagi orang-orang yang beriman. (Al-Israa’: 82)
Segala takrif yang tersebut di atas hanyalah beberapa contoh sebagai susulan dari berbagai-bagai lagi takrif yang dikemukakan oleh ulama’. Kesemua takrif dapat diterima asalkan ianya merangkumi maksud ajaran yang terkandung di dalam Islam dan sesungguhnya kesemua takrif itu tidak lah bercanggahan bahkan beriringan di antara satu sama lain. Adanya kepelbagaian takrif adalah menunjukkan kepada kita betapa syunulnya Islam sehingga tidak ada perkataan yang dapat kita terjemahkan bagi memberi makna yang seerti dengan hakikat Islam.

WASSALAMU'ALAIKUM WR WB

0 komentar: