Mempertahankan Kejujuran Sebagi Cermin Kepribadian
Kejujuran sebagai sumber keberhasilan, kebahagiaan, serta ketentraman, harus di miliki oleh setiap muslim. Bahkan, seorang muslim wajib pula menanamkan nilai kejujran tersebut kepada anak-anaknya sejak dini hingga pada akhirnya mereka menjadi generasi yang meraih sukses dalam megarungi kehidupan.
Imam Al Ghazali membagi sifat jujur atau benar (siddiq) sebagai berikut:
- Jujur dalam niat atau berkehendak
- Jujur dalam perkataan
- Jujur dalam perbuatan/amaliah
Ayat-ayat yang berkaitan dengan kejujuran
“Hai orang-orang yang beriman hendaklah kamu jadi orang-orang yang selalu menegakkan (kebenaran) karena Allah, menjadi saksi dengan adil. Dan janganlah sekali-kali kebencianmu terhadap sesuatu kaum, mendorong kamu untuk berlaku tidak adil. Berlaku adillah, karena adil itu lebih dekat kepada takwa. Dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.” (Q.S Al Maidah : 8)
“Hai orang-orang yang beriman bertakwalah kepada Allah, dan hendaklah kamu bersama orang-orang yang benar.” (Q.S At Taubah : 119)
Penerapan perilaku jujur dalam kehidupan sehari-hari:
- Meminta izin atau berpamitan kepada orang tua ketika akan pergi ke mana pun
- Tidak meminta sesuatu di luar kemampuan orang tua
- Mengembalikan uang sisa belanja meskipun kedua orang tua tidak mengetahuinya
- Melaporkan prestasi hasil belajar meskipun dengan nilai kurang memuaskan
- Tidak memberi atau meminta jawaban kepada teman ketika sedang ulangan atau ujian sekolah
- Mengatakan dengan sejujurnya alasan keterlambatan datang atau ketidak hadiran ke sekolah
- Mengembalikan barang-barag yang di pinjam dari teman atau orang lain meskipun barang tersebut tampak tidak begitu berharga
- Memenuhi undangan orang lain ketika tidak ada hal yang menghalanginya
- Tidak menjanjikan sesuatu yang kita tidak dapat memenuhi janji tersebut
- Mengembalikan barang yang di temukan kepada pemiliknya atau melalui pihak yang bertanggung jawab
- Membayar sesuatu sesuai dengan harga yang telah di sepakati
Di perbolehkan dusta hanya untuk tiga hal saja:
- Ketika seorang isteri memuji suaminya atau sebaliknya
- Ketika seseorang yang akan mencelakai orang yang tidak bersalah dengan mengatakan orang yang di cari tidak ada
- Ketika ucapan dusta untuk mendamaikan dua orang yang sedang bertikai agar damai dan rukun kembali
0 komentar: