Abu Bakar ra Memimpin Jema'ah Haji
Rosul mengangkat
Abu Bakar sebagai pemimpin jama’ah haji dalam melaksanaka manasik da
peribadatan di Masjidul Haram. Belum lama ia berangkat turunlah wahyu Illahi
kepada Rosul Surat Al Bara’ah. Beberapa orang sahabat mengusulkan supaya beliau
menyampaikan firman-firman Allah itu kepada Abu Bakar untuk di bacakan di depan
seluruh jama’ah haji.
seluruh jama’ah haji.
Namun beliau
berpendapat lain. Beliau mengutus Ali bin Abi Thalib dengan pesan: “tidak
seorag pun yang mewakili tugasku selain orang dari Ahlu Ba’it (keluarga) ku.” (HR
Ibnu Hisyam).
Kepututusan
beliau itu sesuai dengan kebisaan masyarakat Arab yang berkaitan dengan soal
hubungan darah dan harta warisan.
Ali bin Abi
Thalib berangkat menunggang Adhba (nama unta milik Rosul) hingga bertemu dengan
Abu Bakar yang masih dalam perjalanan.
Ketika bertemu,
Abu Bakar bertanya kepada Ali: “Anda di tugaskan memimpin atau menerima
perintah ?” Ali menjawab: “Aku menerima perintah.” Kemudian mereka melanjutkan
perjalanana kembali.
Selama di Makkah
Abu bakar memimpin kaum muslimin menunaikan manasik haji, sedang Ali
mengumumkan apa yang di perintah nabi kepadanya. Ia membacakan permulaan surat
Al Bara’ah, yaitu yang beraitan dengan ketetapan Allah SWT. Mengenai urusan
kaum muslimin dan pembasmian berhala di negeri mereka.
Abu Bakar menyebarkan
beberapa orang untuk membantu Ali dalam melaksanakan tugas menyampaikan tugas
yang di perintahkan nabi kepadanya sesudah tahun ini tak seorang musyrik pun boleh menunaikan ibadah haji, dan tak
seorang pu boleh berthawaf mengelilingi ka’bah tanpa pakaian.
Dua puluh tahn
lamanya islam memerangi ketakhayulan dengan memberikan pelajaran dan pendidikan
pada setiap kesempata yang ada, untuk meluaskan pengertian dan peradaban. Akan
tetapi bila kebdodohan dan kesesatan merintangi dan membendung kemajuannya atau
melancarkan serangan untuk meninggalkan usahanya, maka islam tidak segan-segan
menghadapinya dengan tindakan tegas, bahkan bila perlu melalui jalan kekerasan.
Pada mulanya
islam membiarkan berhala dan membiaran pula orang yang kembali lagi kepada ketakhayulan
itu setelah beberapa wakt lamanya memeluk islam. Sikap yang sedemikian itu
bukan bermaksud untuk memperkuat kedudukan paganisme (berhala), melainkan
karena islam meyakini kesanggupan akal pikiran dan hati nurani manusia.
0 komentar: