Dzatus Sulasil
Perang mu’tah
terjadi pada bulan Jumaidil Awal tahun ke 8 hijriyah. Tidak lama setelah itu
kaum muslimin bergerak kembali ke daerah Syam untuk menyerang musuh sebelum
mereka sempat beristirahat. Sebagai komandannya di angkat Amr bin Al Ash dengan
tugas menghajar kabilah-kabilah yang berada di kawasan tersebut.
Akan tetapi sebelum tiba di tempat tujuan, Amr khawatir menghadapi musuh yang sangat besar jumlahnya. Ia lalu menulis surat kepada Rosul minta bala bantuan. Sementara menanti datangnya bala bantuan, ia berhenti di suatu tempat dekat sumber air bernama Dzat As sulail.
Akan tetapi sebelum tiba di tempat tujuan, Amr khawatir menghadapi musuh yang sangat besar jumlahnya. Ia lalu menulis surat kepada Rosul minta bala bantuan. Sementara menanti datangnya bala bantuan, ia berhenti di suatu tempat dekat sumber air bernama Dzat As sulail.
Untuk memenuhi
permintaan Amr, Rosul mengirimkan pasukan tambahan terdiri dari kaum Muhajirin
Angkatan pertama, di antaranya terdapat Abu Bakar, Umar Bin Khatab dan Abu
Ubaidah bin Al Jarrah. Sebelum berangkat Rosul berpesan kepada Abu Ubaidah yang
bertugas membantu Amr: “janganlah kalian berdua berselisih”.
Amr kemudian
mulai bergerak mengejar kabilah-kabilah yang berpihak kepada Romawi. Ia bersama
pasukannya menyerbu ke daerah-daerah Bala, Adzrah, Balqin dan Thay. Setiap
menerima laporan bahwa di suatu daerah terdapat gerombolan, Amr datang ke
daerah itu, tetapi gerombolan itu sudah lari bertebaran karena mendengar lebih
dulu akan di datangi pasukan muslimin. Hanya satu kali saja Amr dan pasukannya
menjumpai gerombolan, tetapi setelah terjadi pertempuran beberapa saat mereka
berhasil di kalahkan dan larike daerah lain.
Pada suatu malam
yang sangat dingin, Amr tidur dan mimpi hingga terkena hadats besar. Karena
takut akan terganggu kesehatannya ia hanya bertayamum, kemudian mengimami
shalat berjama’ah. Beberapa orang sahabat meragukan benarnya apa yang di
lakukan oleh Amr itu. Salah seorang di antaranya melaporkan kejadian itu kepada
Rosul: “ya Rosul, Amr mengimami kami dalam keadaan masih junub!”. Amr di tanya
oleh beliau: “hai Amr, benarkah kamu mengimami shalat jama’ah dalam keadaan
dirimu masih junub?” Amr menjelaskan
kepada beliau apa sebab ia tidak berani mandi, yaitu karena ia takut terganggu
kesehatannya akibat kedinginan.
Mendengar jawaban
Amr, Rosul tertawa dan tidak mengatakan sesuatu. Dalam hal ittu ijtihad yang di
lakukan oleh Amr adalah benar, sebab tayamum di perbolehkan jika penggunaan air
di duga kuat akan mengakibatkan penyakit.
0 komentar: