Pembai'atan Aqabah Kedua
Orang-orang yang
telah memeluk islam mengerti tanpa keraguan sedikitpun jalan sejarah agamanya.
Mereka menyadari kesukaran besar yang akan di hadapi. Perasaan mereka sangat
tertusuk melihat saidara-saudaranya di Makkah di hina orang dan melihat Rosul berdakwah
tidak mendapat sambutan baik.
Iman yang
mencapai puncaknya di dalam hati, sekarang ttelah menemukan saat yang tepat
untuk melepaskan diri dari lingkungan yang selama ini terus menerus hendak mencekik dakwah risalah.
Jabir bin Abdullah
meriwayatkan kesaksiannya sebagai berikut:
Dari kalangan
kami (kaum Anshar di Madinah), sebanyak tujuh puluh orang berangkat ke Makkah
hendak menemui Rosul pada musim upacara tradisional di sekitar Ka’bah. Sebelum
itu kami telah berjanji kepada beliau
akan bertemu di lembah Aqabah. Kami berangkatsecara diam-diam, satu-persatu
atau berduaan dan akhhirnya kami semua dapat berkumpul di tempat itu. Kepada
Rosul kami bertanya: “Ya Rosul, apakah yang perlu kami nyatakan kepada anda
dalam pembai’atan (sumpah setia) ini ? Beliau menjawab:
“kalian
membai’atku berdasarkan janji taat dan setia kepadaku baim dalam keadaan sibuk
maupun senggang. Kalian berjanji akan tetap berinfaq, baik dalam keadaan
longgar maupun sempit. Kalian berjanji akan tetap menegakkan amr ma’ruf dan
nahi munkar, kalian akan teguh membela kebenaran Allah tanpa rasa takut di cela
orang lain, kalian akan tetap membantuku dan akan tetap membelaku bila aku
telah berada di tengah-tengah kalian, sebagaimana kalian membela diri kalian
sendir dan anak isteri kalian. Dengan demikian kalian akan memperoleh sorga.”
Kami lalu
mendekati beliau. As’ad bin Zararah orang yang paling muda sesudahku di antara
tujuh puluh orang yang hadir memegang tangan Roosul seraya berkata: “Hai
orang-orang Yatsrib, melainkan karena kita mengetahui bahwa beliau utusan
Allah. Mengeluarkan beliau dari Makkah berarti menentang dan melawan semua
orang Arab. Konsekwensinya kalian harus bersedia mengangkat pedang. Jika kalia
menyadari hal itu, bai’atlah beliau dan untk itu kalian akan mendapat pahala
dari Allah. Akan tetapi jika kalian takut mati, maka katakanlah tersu terang,
dan dengan alasan itu kalian jujur terhadap Allah.”
Semua yang hadir
menyahut: “Hai As’ad, lepaskanlah tanganmu. Demi Allah, kami tidak mau ketinggalan membai’at beliau da tidak
akan membatalkannya.” Kemudian satu-persatu kami semua mendekati beliau dan
menyatakan bai’at.
0 komentar: