Sekali Lagi Menghadapi Yahudi



Sekarang kaum muslimin tinggal menghadapi dua musuh besar. Pertama, orang-orang Arab badui yang hidup mengembara di gurun sahara. Musuh kedua dan yang paling berbahaya ialah orang-orang yahudi yang merasa memiliki hak monopoli atas kenabian. Dimasa lalu dalam melancarkan permusuhan terhadap islam, mereka bersekongkol dengan berbagai kabilah Arab yang dungu. Setelah pasukan Ahzab gagal menyerbu
Madinah, dan setelah yahudi bani Quraidhah menanggung akibat pengkhianatannya sendiri, kaum yahudi khaibar merasa tidak tenang, tetapi mereka tidak berusaha membentuk hubungan baik dengan kaum muslimin. Mereka bahkan meneruskan komplotan jahatnya dengan kabilah bani Ghathafan dan orang-orang Arab badui yang berkeliaran di sekitar mereka. Tujuannya tidak lain adalah membentuk front perlawanan baru terhadap islam dan meancarkan tipu daya baru untuk menjerumuskan rosul dan para sahabatnya. Akan tetapai kaum muslimin cukup waspada terhadapa gerakan subversi mereka. Sekembalinya dari hudaibiyah pada akhir tahun ke 6 hijriyah, kaum muslimin bergerak menuju khaibar untuk menghancurkan sisa kekuatan yahudi di daerah itu. Peristiwa ini terjadi pada bulan muharam tahun ke 7 hijriyah.

Sebelum berangkat ke khaibar kaum muslimin tidak lengah terhadap front musuh yang harus di cerai beraikan terlebih dulu. Untuk itu kaum muslimin melakukan manuver (gerak tipu) agar orang-orang bani ghatafan mengira bahwa seluruh kekuatan kaum muslimin akan di kerahkan utuk menyerang mereka. Mengenai hal itu Ibnu Ishaq mengatakan: “aku mendengar, setelah bani ghathafan mendengar berita tentang niat rosul menyerang khaibar, mereka berkumpul lalu keluar untuk mengerahkan bantuan pada orang-orang yahudi dalam peperangan melawan Muhammad SAW. akan tetapi di tengah perjalanan mendengar berita bahwa kaum muslimin akan melancarkan serangan dari arah belakang. Mereka teringat pada keluarga dan harta benda yang ditinggalkan, karena itu mereka lalu pulang ke rumah masing-masing menjaga keluarga dan harta bendanya. Mereka mebiarkan apa yang terjadi antara rosul dan orang-orang di khaibar.

Setibanya di khaibar rosul melihat beberapa benteng pemukiman kaum yahudi. Beliau hendak siap melaksanak serangan terhadap penghuninya, tetapi sebelum serangan di mulai, beliau memerintahkan para sahabatnya supaya berhenti sebentar.
Semula orang-orang yahudi khaibar menduga menurut penglihatan mereka sepintas lalu yang datang berbondong-bondong itu orang-orang bani ghathafan. Alagkah terkejutnya mereka itu setelah melihat bahwa yang sedang bergerak ke arah mereka ternyata kaum muslimin.

Ketika rosul melihat mereka cepat-cepat lari memasuki perbentengan, beliau berusaha menanamkan ketakutan dalam hatii mereka dengan mengumandangkan seruan: “Allahuakbar! Binasalah khaibar! Pada saat kami tiba di suatu kaum, maka pagi harinya orang-orang yang telah diberi peringatan akan bernasib buruk.

Mulailah kaum muslimin melancarkan serangan terhadap benteng-benteng khaibr yang terkenal tangguh itu, satu demi satu jatuh ke tangan mereka, sedangkan orang-orang yahudi tersu berusaha mempertahankan diri secara meti-matian. Pada masa itu khaibar meupakan daerah yang amat subur dan mempunyai perbentengan yang kokoh kuat.
Pengepungan muali di lakukan oleh pasukan muslimin. Tiap sebuah benteng jatuh ke tangan kaum muslimin, orang-orang yahudi pindah dan memperttahankan benteng yang lain.

Jalannya pertempuran tambah sengit dan orang-orang yahudi dengan sisa-sisa kekuatan yang ada berusaha keras mempertahankan beberapa benteng yang masih tinggal, sekalipun mereka sudah di hinggapi perasaan putus asa. Pasukan muslimin memperketat pengepungannya karena menginginkan peperangan segera berakhir. Kemudian pertempuran sampai pada puncaknya, orang-orang yahdui kewalahan menghadapi kaum muslimin, yahudi yakin akan menghadapi kebinasaan total, dan tidak ada pilihan lain kecuali menyerah. Turunlah salah seorang pemimpin mereka bernama Ibnu Abil Haqiq dari benteng untuk menawarkan perjanjian damai atas dasar syarat: orang-orang yahudi bersedia meninggalkan khaibar dengan membawa unta dan kuda milik mereka, sedangkan seluruh sisa kekayaan akan di serahkan kepada kaum muslimin.

Syarat perdamaian tersebut dapat di terima oleh rosul dengan syarat imbalan: orang-orang yahdui tidak boleh menyembunyikan sesuatu yang semestinya harus di serahkan. Apabila terbukti di antara mereka yang tidak memenuhi syarat itu, maka perjanjian di anggap batal dan mereka tidak di jamin keselamatannya.

0 komentar: